Ku pandang kanan,
hanya kotak kecil setia merenungku,
menemani setiap detik,
menyimpan segala hampa
Ku kalih ke kiri
hanya ruang gelap menerpa,
minta di suluh jalannya
bayu 'sepi' menampar wajah,
halus sekali,
tapi kejam menghiris dalam senyap,
perit!
'Sepi" aku di selangi hilai tawa,
adakah itu kegembiraan sebenarnya?
atau,
sebagai topeng menutup tangis?
'Sepi' aku dalam sendu,
apakah aku sedang bersedih?
tapi,
hanya tawa mereka kirimkan.
'Sepi' aku tanpa bicara,
Apa yang bermain di fikiran?
'Sepi' aku pada segaris senyuman,
Ikhlaskah itu?
'Sepi' aku melihat seraut wajah,
maafkan aku.
hanya itu termampu bagiku.
"Sepi' aku dalam keriuhan kota,
'Sepi' aku bertemankan gerimis senja,
'Sepi' aku resah meracau,
'Sepi' aku pada satu renungan.
Berbisik aku pada bayu,
Bisa hembuskan 'sepi' ke wilayah tanpa nama?
Anggukkan kepala.
Sepuluh jari ku susun.
'Sepi',
nasihat halus aku,
beraraklah kau kesana,
jauhi ruang ini,
benarkan tujuh warna kembali menari.
Saturday, April 25, 2009
Tuesday, April 21, 2009
Pura-pura
Jangan berpura-pura ambil berat,
Jika nawaitu mahu menjerat,
makin berselirat,
makin terikat,
Aku penat
Hey,
kamu..
Ya kamu..
pintu di sana ya.
Jika nawaitu mahu menjerat,
makin berselirat,
makin terikat,
Aku penat
Hey,
kamu..
Ya kamu..
pintu di sana ya.
Monday, April 20, 2009
Cahaya
Cahaya itu,
terik,
kejam menusuk ke mata.
Pedih.
Menghiris hati.
Kenapa?
Cahaya itu,
tidak lagi gah menyinari
tidak lagi galak menari
tidak lagi punya nafsu memekik
Sialan,
siapa selak bidai kamar aku ini?
terik,
kejam menusuk ke mata.
Pedih.
Menghiris hati.
Kenapa?
Cahaya itu,
tidak lagi gah menyinari
tidak lagi galak menari
tidak lagi punya nafsu memekik
Sialan,
siapa selak bidai kamar aku ini?
Subscribe to:
Posts (Atom)